Japa Yoga Sadhana



SEBERAPA PENTINGKAH MENGUCAPKAN MANTRA SUCI?

Dalam falsafah ajaran Bhakti,mantra identik dengan kekuatan (devata) yang hendak direalisasikan melalui pengucapan mantra itu.Seseorang yang menggunakan mantra dengan benar akan sampai pada perwujudan kekuatan (bentuk rohani) yang terkandung didalam mantra itu. Sebagai ilustrasi,dalam jagat “per-leak-an” misalnya,tingkatan ilmu salah satunya ditandai dengan penggunaan mantra yang berbeda. Mantra mantra yang digunakan,secara produktif akan mencetak “wujud ghaib” seperti yang diharapkan oleh mantra itu.Mantra gegendu misalnya menampilkan bentuk halus binatang berkaki tiga (sapi,kambing,dsb), mantra pudak setegal menghadirkan wujud halus berupa wanita cantik,dst-nya. Efek penggunaan mantra yang telah mendarah daging (membathin) pada gilirannya dapat memberikan vibrasi tertentu kedalam pikiran dan mempengaruhi suasana hati orang yang mengucapkannya.Sebab itu,mantra yang baik hendaknya mengandung karakter Ketuhanan (devata) dan bukan mengandung kekuatan lain yang justru bisa menyesatkan pikiran (asura). Berkenaan dengan penggunaan mantra,kitab suci Rg.Veda I.164.39 memberi petunjuk sbb :Rco Aksare Parame Vyoman,Yasmin Deva adhi visve niseduh (semua para dewa berdiam didalam mantra suci).Pernyataan ini diberikan oleh Veda (sruti) yang tentu saja tidak bisa disangkal kebenarannya oleh setiap orang yang mengaku sebagai pemeluk Hindu.Sedangkan yang dimaksud mantra suci adalah mantra yang bersumber langsung dari kitab suci (Veda,Upanisad,dll) dengan sejumlah ciri; pertama,mantra itu diterima oleh orang suci terpercaya (Rsi,Bhagavan,dll),kedua cara pengucapannya diatur dengan intonasi,lafal atau irama tertentu serta yang ketiga,bahwa mantra itu ditujukan kepada kekuatan suci (ista devata) yang menjadi penguasa mantra itu.

GAYATRI MANTRA SEBAGAI MANTRA SUCI UTAMA DALAM PEMUJAAN HYANG WIDHI

Salah satu mantra suci yang sangat popular dalam komunitas spiritual Hindu adalah Rg.Savitri seperti yang tertulis dalam Rgveda Mandala ke 3,Sukta ke 62,Rg ke 10.Rg.Savitri ini lebih dikenal dengan nama Gayatri Mantram.Mantra suci ini diterima sebagai wahyu oleh Brahmarsi Visvamitra,kekuatan yang ingin diwujudkan dalam mantra ini disebut Savita (Hyang Widhi sebagai sumber segala cahaya ,Ibu Illahi Alam Semesta) dan iramanya adalah Gayatri,salah satu irama yang ditetapkan dalam Veda. Kemuliaan, Kesaktian dan Keampuhan Gayatri Mantra itu telah banyak diungkap oleh orang suci Hindu,para siddhayogi dan guru guru spiritual agung lainnya.Umumnya komunitas Hindu Nusantara sangat akrab dengan mantra Rg.Savitri ini karena terbiasa dicantingkan dalam bait pertama puja mantram Tri Sandhya.


KENAPA PERLU BERJAPA?

Japa adalah pengulangan mantra atau Nama Suci Tuhan secara terus menerus dalam rangka sadhana spiritual untuk  memperoleh anugerah Hyang Widhi.Pentingnya japa sebagai metode spiritual telah ditegaskan dalam kitab suci Bhagavad Gita dalam sloka yang berbunyi : Yajnanam japa yajnosmi yang berarti : Diantara yajna,Aku (Hyang Widhi) adalah Japa yajna.Kitab Agni Purana,menjelaskan akar kata japa berasal dari hurup ja dan pa. Ja berarti kekuatan penghancuran atas ikatan samsara (kelahiran dan kematian),sedangkan Pa bermakna penghancuran semua dosa.Sedangkan dalam Lingga Purana,Dewa Shiwa menegaskan keagungan berjapa  kepada Dewi Parvati sbb: “Dewi,didalam setiap yajna yang lain,berbagai bentuk cacat akan terjadi melalui pikiran,kata atau perbuatan.Tetapi didalam japa-yajna hal seperti itu tidak akan terjadi.Karena itulah japa yajna adalah yang paling agung diantara semuanya.”  Meskipun demikian,untuk mencapai hasil yang maksimal, pelaksanaan japa yajna harus diikuti dengan ketekunan sadhana,motivasi bhakti dan bhawa yang benar,keyakinan serta kerendahan hati.Atau seperti wejangan yang terdapat dalam kakawin Arjuna Wiwaha : wyarthekang japamantra yan kasalimur dening rajah mwang tamah,nghing yan langgeng ikang siwasmreti dating sraddha bhatareswara” (Jauhlah dari tujuannya japamantra yang diucapkan itu apabila bathin masih diliputi oleh rajah dan tamah,tetapi apabila pikiran teguh ngarcana Dewa Siwa,maka yakinlah Beliau akan mendatanginya)

JAPAMALA ATAU GENITRI DALAM BERJAPA

Dalam masyarakat Hindu India umumnya,penggunaan japamala tentu sudah tidak asing lagi.Berbeda halnya dengan masyarakat Hindu –Bali.Kalau kita jeli mengamati,Genitri,japamala,rosary atau tasbih sebenarnya bukanlah barang asing dalam komunitas Hindu Nusantara.Gambar Dewi Saraswati salah satu tangannya memegang genitri dan busana kawikon untuk mepuja bagi kaum sulinggih di Bali  mengenakan kuduha yaitu rangkaian ganitri yang dipakai gelang tangan serta simsim ganitri yang teruntai pada kedua ibujari tangan sulinggih..Bahkan didalam ritual surya sevana (argha patra) yang biasa dilakukan oleh sulinggih di Bali,kita juga menemukan istilah pejapan lengkap dengan japa ganitri  yakni mantra untuk ganitri.

Pentingnya penggunaan mala atau ganitri dalam berjapa tidak semata mata sebagai alat bantu konsentrasi belaka,melainkan juga diyakini memberikan tuah spiritual kepada pemakainya.Itu sebabnya penggunaan mala mengikuti aturan aturan tertentu seperti : pemilihan berbagai jenis bahan yang akan digunakan sesuai dengan ista dewata yang diyakini atau menurut tujuan tujuan khusus  si pemuja (misalnya salagrama atau  kayu tulasi untuk pemuja Narayana (Vaisnawa),gading gajah bagi Sri Ganesha Bhakta atau Cendana dan Rudraksa bagi pemuja Shiwa dan Shakti,pohon putrajiva untuk memperoleh keturunan,batu koral untuk kekayaan,dsb),pemilihan warna benang pengikat butir butir mala sesuai dengan tujuan (misalnya benang putih atau hitam untuk kedamaian dan spiritualitas,dsb), cara menyucikan ganitri (dengan pancagavya),pensakralan (biasanya dengan sadyojata mantra) , ketentuan pengucapan raksa stotra sebelum mulai berjapa serta bagaimana  cara pemakaiannya yang benar (misalnya selama melakukan pemutaran  mala,jari telunjuk yang menyimbulkan kekuatan ahamkara dijauhkan dari butir mala,sedangkan jari tengah yang menyimbulkan satwikaguna dan ibu jari sebagai Brahmanyasa aktif memutar butiran mala).

Penjelasan tentang pentingnya penggunaan mala atau genitri untuk berjapa  bersumber dari ulasan beberapa sastra suci seperti Tantrasara,Kalika Purana, Sanatkumara Samhita serta varahi tantra.

Tasbih atau mala yang dipergunakan berjapa umumnya terdiri dari 108 butir ditambah 1 meru.Hitungan berjapa yang dianggap paling utama adalah ketika seseorang berhasil melakukan japa sebanyak 200 putaran mala.Itu berarti jumlah hitungan mantranya sebanyak 21.600 kali.21.600 itu adalah jumlah standar nafas keluar-masuk manusia dalam sehari.Jadi,ketika seseorang berhasil melakukan japa sebanyak 200 putaran mala.Itu berarti jumlah hitungan mantranya sebanyak 21.600 kali.21.600 itu adalah jumlah standar nafas keluar-masuk manusia dalam sehari.Jadi,ketika seseorang berhasil melakukan 200 putaran mala,berarti setiap hirupan nafasnya sarat dengan daya daya kesucian yang terpancar dari nama nama suci Tuhan yang diucapkan berulang ulang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meditasi Pembakaran dengan aksara Ang Ah

Ilmu Sanghyang Tri wisesa

Aji Pangontongan