PERJALANAN SPIRITUAL BHIMA KE SWARGA LOKA

PERJALANAN SPIRITUAL BHIMA KE SWARGALOKA
Sepertinya kita semua perlu menyisihkan waktu untuk merenung,menenangkan diri diantara hingar binger berita atau informasi yang singgah diruang-ruang rumah kita. Bayangkan akibat kemajuan ilmu dan teknologi informasi, semua rentang dunia seperti tanpa jarak. Apa yang dibayangkan dan dikhawatirkan orang pada wal abad millennium tiga ini menjadi kenyataan. Teknologi informasi computer,internet,tidak saja akan meniadakan sekat ruang jagat raya,namun lebih dekat dengan kita,juga mempengaruhi perilaku keseharian umat manusia.
Dalam pergaulan sehari-hari,kita merasa sukar untuk membedakan yang mana dunia nyata,dan mana dunia maya karena batas-batas itu nyaris tiada. Apa yang dulu pernah didogmakan para bijaksana tentang ajaran sekala dan niskala sudah baur. Ini berakibat pula pada perubahan tatanan filsafat,nilai,norma,hokum dan aturan yang selama ini hidup dalam masyarakat.
Norma-norma kepatutan yang sudah berabad-abad dilakoni masyarakat secara turun temurun,serta yang sudah teruji mampumewujudkan harmonisasi peradaban dalam konteks Tri Hita Karana ( keharmonisan dengan Tuhan,Alam dan antar Manusia ) tiba-tiba kandas karena arogansi serta agresifitas teknologi modern seperti telah”menjajah”logika,etika,dan estetika masyarakat.
“ penjajahan “ atas pola pikir , perilaku dan perasaan pribadi dan masyarakat ini, seperti menggiring hamper semua pergaulan manusia, khususnya umat hindu,membaur lebih pada penekanan dunia materiil,dan melupakan dunia imateriil.
Tradisi mesatua orang tua dan anak menjelang tidur, tentang konsep Karma Phala,Sorga Neraka,dsb.kini seperti “ mahluk” purbakala aneh,yang hanya akan menjadi komoditi museum. Dan sebaliknya anak-anak kita dimanjakan dengan produk komunikasi seperti : play station,video game,serta situs-situs internet yang menjamur dan menakjubkan,bahkan mungkin menjadi “ berhala “. Hal ini lambat laun berakibat menggeser pola berpikir kita tentang ajaran-ajaran dasar tatwa,etika dan upakara.
Karena itu tidaklah heran kalau setiap hari kita disuguhi berita dan gossip para politisi,birokrat,artis,korupsi,suap,narkoba,judi,atau berita miris tentang pahlawan tanpa tanda jasa yang seharusnya member contoh untuk dipercaya dan ditiru malah mendekam di hotel prodeo karena perilaku menyimpang.
Sekali lagi kita semua sebenarnya perlu menyisihkan waktu untuk merenung,membuka kembali lipatan-lipatan tradisi lama untuk bertutur tentang cerita-cerita klasik,pewayangan,dari Mahabharata atau Ramayana,terutama konsep hokum sebab akibat yang menjadi keyakinan kita dalam Panca Sraddha,yaitu Karma Phala. Juga penting tentang ajaran Sorga Neraka,Atma Prasangsya,Bhima Swarga,Japatuan,Lubdhaka,dll. Agar bisa menjadi tuntunan perbuatan dan “ uger-uger “ pergaulan masyarakat.
Karenanya bukan hal yang ketinggalan jaman kalau diera computer seperti sekarang ini diingatkan kembali tentang nilai-nilai luhur dan filsafat cerita Bhima Swarga agar bias kiranya menjadi Rambu-rambu bagi kita semua,aparat Negara,birokrat ,teknorat, dan semua umat seDharma, dalam berlaksana agar tercapai kembali kedamaian sesuai konsep Tri Hita Karana.
Bhima sebagai tokoh sentral dalam cerita ini mirip Sanjaya dalam BhagawadGita,yang melaporkan kejadian penglihatan mata batin percakapan Kresna dan Arjuna sesaat menjelang Bharata Yudha di tegal Kuruksetra,kepada Drestrarasta raja yang buta sejak lahir. Kresna menyadarkan kembali Arjuna untuk melaksanakan Swadharmanya. Simbolisasi cerita Bhima Swarga ini perlu diketengahkan lagi,semoga mampu menggugah nalar untuk menyadari Swadharmaning masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Cerita ini seperti menitipkan pesan pada kita umat sedharma hendaknya selalu berbuat baik,agar kelak memetik buah perbuatan yang baik pula.
#####################
Diceritakan, Dewi kunti didatangi roh pandu dan dewi madri,mereka minta tolong agar dibebaskan dari siksa api neraka. Dewi kunti menyampaikan mimpi itu kepada anak-anaknya, dan diputuskan agar Bhima menyambangi ke Swarga loka.
Hari Purnama,dengan mengerahkan kekuatan daya kehendaknya,perjalanan Bhima dimulai. Bhima diiringi dua abdinya Merdah dan Tualen melesat ke langit. Diangkasa ,setelah melalui marga sanga ( Sembilan persimpangan jalan,” Sembilan lubang astral tubuh “. Disanalah Swarga loka berada,di bumi antah karana,di bumi yang menyebabkan sebab segala sebab . dari Sembilan jalan persimpangan itu ada empat jalan yang benar benar menuju Swarga, sampai ditegal penangsaran tempat para roh menunggu giliran menghadap Bhatara Yama,untuk menentukan apakah sang roh harus masuk surga atau neraka. Dalam penantian itu,para roh menerima hukuman sesuai perbuatannya. Ada yang disebut atma lara ( roh yang sengsara ),atma drwaka ( roh yang serakah ),Atma sangsaya ( roh yg suka mencurigai ), Atma babotoh ( roh yang suka judi ),dsb.
Inilah perjalanan spiritual Bhima,yang memberikan pengalaman bathin( pelajaran ) tentang sanksi bagi para roh sesuai perbuatan yang dilakukan saat menghuni raga manusia di maya pada.
Pertama-tama mereka melihat Bhuta tog-tog sil ( mahkluk seram ) dengan wujud mata yang besar menghakimi atma tatwa ( roh yang menyalahgunakan pengetahuan tatwanya ) dan atma curiga ( roh yang semasa hidupnya dipenuhi rasa curiga berlebihan ).
Disebelahnya ,Bhuta naya ( raksasa yang kadang tampak dan kadang tidak tampak ) bersama sama Bhuta celeng ( raksasa berwujud babi menghukum roh yg semasa hidupnya berperilaku buruk,jahat. Tak jauh dari itu tampak Bhuta abang ( raksasa yang berkulit merah menyala sedang menggotong atma lengit ( roh yang semasa hidupnya bermalas- malasan bekerja akan dicemplungkan ke bejana besar penuh dengan air mendidih yang disebut Kawah Gohmuka.
Disebelah kanan dari bejana itu, tampak sang Bhuta Ireng ( raksasa berkulit hitam ) bersama sang Bhuta prungut ( raksasa yg berwajah Angker ) sedang menggotong atma corah, roh yang semasa hidupnya senantiasa berprilaku buruk dicemplungkan ke kawah Gohmuka. Sementara itu, Bhuta ode-ode ( raksasa gemuk berkepala plontos) meniup api dibawah bejana kawah hingga airnya selalu mendidih.
Tidak jauh dari kawah itu,sang suratma dengan wujud raksasa yang penuh wibawa,penguasa para roh sedang menghukum atmaning Usadha,karena dulu dukun yang menguasai ilmu pengobatan pernah lalai orang sakit/melakukan mal praktek,dan selalu meminta imbalan yang tinggi kepada pasiennya.
Disebelahnya sang Bhuta Wirosa yang berwujud raksasa maha sakti sedang menghukum atma memaling nasi, roh yang semasa hidupnya suka mencuri makanan,karena itu sebaiknya jangan sekali sekali mencuri makanan,walau sedang lapar sekalipun.
Beberapa depa dari tempat itu, sang bhuta Wingkara yang bengis bersama Bhuta lalipan yang berwujud aneh ,memiliki belalai seperti gajah,tubuhnya seperti singa,mulutnya penuh bias seperti ular sedang menyiksa atmaning wong Aboros ,roh yang semasa hidupnya suka berburu dan membunuh binatang yg tidak patut dibunuh.
Disebelahnya lagi tampak Sang Bhuta mandar dan sang Bhuta Mandir, dua raksasa kembar nan bengis, sedang menggeregaji atma wong alpaka guru roh yang semasa hidupnya tidak melakukan kewajiban sebagai putra yang baik ( suputra ) karena melalaikan kewajibannya kepada kedua orangtuanya.
Merdah dan tualen miris hatinya teringat akan kewajibanya kepada orang tua yang belum sepenuhnya dilakukan dengan baik.
Mereka terkejut karena setelah beranjak sedikit saja dari tempat yang satu, mereka menemukan kembali sang Jogor Manik ditempat lain sedang mengadili dua atma yang satu atma kedi dan yang satunya atma kliru,yang satu laki-laki seperti perempuan dan yang satunya lagi perempuan seperti laki-laki. Tidak jauh dari tempat itu, mereka melihat Sang Jogor Manik sedang menghukum Atma angadol Prasasti atau roh yang semasa hidupnya menjual prasasti.
Sedangkan disebelahnya Bhuta tog-tog sil, yang matanya besar sedang menyiksa atma angadol prasasti lainnya. Berdekatan dari tempat itu, banyak roh yang disebut atma tanpa sentana, roh yang semasa hidupnya tidak memiliki keturunan digantung dipohon bamboo.
Sementara itu atma nora matatah, roh yang semasa hidupnya belum melakukan upacara potong gigi, sambil menggigit pohon bamboo disiksa oleh Bhuta Brungut yang menyeramkan sedang menghunus pedang.
Beranjak selangkah dari tempat itu, lagi-lagi ditemukan Sang Jogor Manik sedang berhadapan dengan atma aniti karma,roh yang semasa hidupnya sangat ramah dan tidak membanding-bandingkan siapapun tamu yang dating kepadanya.
Di sebelahnya atma angrawun, roh yang semasa hidupnya meracuni banyak orang sedang diberi makan medang ( bulu halus bambu),oleh Bhuta Ramya yang suaranya gemuruh.
Sedangkan berdekatan dengan itu,Sang Bhuta Edan yang suka mengamuk sedang menyiksa atmaning wong adesti, roh yang semasa hidupnya menggunakan ilmu hitam untuk membencanai orang.
Disebelahnya lagi,atma wong bengkung ,roh yang semasa hidupnya tidak amu menyusui bayinya, sedang disiksa dengan mematukan ular tanah,pada putting susunya oleh Bhuta Pretu yang menjerit-jerit memekakan telinga.
Di tempat itu pula, Bhuta janggitan yang menyeramkan sedang menyiksa atma pande corah,roh yang pandai membuat senjata,mungkin bom untuk menghancurkan orang lain.
Selain itu, ada lagi kawah Gohmuka, dengan air mendidih berisi atma yang direbus karena kesalahan semasa hidupnya sebagai Koruptor,suka memfitnah, madat,narkoba,tampaknya dineraka yang luas ini, tidak terhitung jumlah kawah Gohmuka bertebaran dimana-mana.
Demikian pula, begitu banyak roh yang bersalah semasa hidupnya dihukum sesuai tingkat kesalahanya ,atma jalir baik laki-laki maupun perempuan yang semasa hidupnya suka Berselingkuh,disiksa oleh Bhuta lendi maupun Bhuta Lende dengan membakar kemaluannya.
Dijumpai pula Sang Jogor Manik, yang seram dan menakutkan sedang menguji sang atma putus yaitu roh yang semasa hidupnya tiada tercela,selalu berbuat kebajikan,tiada berapa lama kemudian sang atma itu diijinkan masuk swarga.
Sesaat setelah menyaksikan penghukuman para Atma ( roh ) sesuai kesalahanya semasa hidupnya, Bhima menemukan Kawah Gohmuka. Secepat kilat Bhima membalikan kawah itu untuk menyelamatkan atma Pandu dan Dewi Madri. Selanjutnya mencari Tirta Amerta untuk membebaskan dosa yang membelenggu kedua orang tuanya. Setelah diperciki Tirta Amertha,Pandu dan Dewi Madri memperoleh kebahagiaan abadi di Sorga.
#################
Setelah membaca kisah Bhima Swarga yang penuh etika dan menjadi dasar parilaksana umat Hindu, terlintas amanat bahwa penyucian atma hanya dapat dilakukan oleh putra yang satya, jujur, tulus dan taat,setia kepada orang tua. Kisah ini mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak diantara hiruk pikuk, pergumulan hidup,dan merenungkan kembali ajaran Karma Phala,dimana setiap perbuatan yang kita lakukan akan juga mendapatkan buah yang stimpal dari perbuatan itu. Kisah ini mengingatkan kita agar senantiasa berbuat bijak didunia,agar roh/atma kita nanti mendapatkan tempat yang baik dialam sana,serta menghindari perbuatan buruk,agar terhindar dari pahala yang buruk pula. Namun semuanya juga tak lepas dari anugrah Yang Maha Kuasa dan pasang surutnya keadaan pikiran perasaan kita.

Karangasem,purwaning purnama, 20 November 2010.
Dikutip dari tulisan Bambang gede Rawi 2011,geguritan Bhima Swarga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meditasi Pembakaran dengan aksara Ang Ah

Ilmu Sanghyang Tri wisesa

Aji Pangontongan